TELAH TERBIT PASAK BUMI ED.2 :FLYOVER

edisi2Departemen Kehutanan mempunyai perhatian yang besar terhadap permasalahan konservasi di Kalimantan Timur. Taman Nasional (TN) Kutai adalah salah satu dari kawasan konservasi yang penting karena fungsinya nyaris tidak tergantikan oleh tempat lain, tidak hanya sebagai perlindungan flora, fauna beserta ekosistemnya, namun juga sebagai penyangga kehidupan bagi kota-kota yang sedang tumbuh, perusahaan dan masyarakat di sekitarnya. Menteri Kehutanan, H.M.S. Kaban mempunyai perhatian yang khusus dan berkesempatan untuk melakukan peninjauan dengan melakukan fly over di atas kawasan TN Kutai. Fly over  ini merupakan yang kedua di tahun 2009 setelah  Dirjen PHKA meninjau TN Kutai beberapa bulan lalu. Kegiatan fly over Menteri Kehutanan membuka menu buletin kali ini.
Tak terasa bulan Ramadhan akan segera datang lagi. Edisi kali ini menampilkan wacana konservasi dalam perspektif Islam. Hal ini barangkali belum banyak dikupas, namun penting untuk diketahui dan dipahami, bahwa agama mempunyai spirit yang besar terhadap upaya pelestarian alam. Pada bagian profil menampilkan harapan Suparno, seorang pegawai senior yang telah mengabdikan diri untuk TN Kutai. Keindahan landscape Kutai terhampar pada kolom fotogenic.  Simak juga pengalaman mendebarkan dalam ekspedisi Benu muda-Mentoko untuk menemukan keberadaan orangutan yang hidup di tepi sungai dalam hutan. Bagi para Polisi Kehutanan, pengalaman merawat PM1-A1 kami tampilkan dalam sebuah tips praktis. Desain kampanye ‘Cintai dan Selamatkan TN Kutai’ menjadi penutup edisi ini. Khusus edisi ini kami menampilkan jaket ’kemerdekaan ‘ pada cover untuk memperingati kemerdekaan RI.
Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke -64.  Merdeka

Buaya muara; Keganasan Predator Kutai

samadNamanya Samad. Pekerjaan sehari-hari laki-laki 35 tahun ini adalah petani tambak udang dan bandeng seluas kurang lebih 2 hektar di daerah rawa-rawa, di belakang hutan bakau daerah Guntung, Bontang. Lokasinya bersebelahan dengan pabrik urea terbesar di Indonesia, PT Pupuk Kaltim.

“Kejadian itu terjadi pada tahun 2004. Seperti biasa, saya membuka pintu air agar tambaknya tidak meluap. Belum lima menit saya membuka pintu air, tiba-tiba dari arah belakang seekor buaya muara menerkam saya. Beruntung saya bisa lepas, namun perut dan pantat saya sobek oleh gigitan buaya tersebut”, kenangnya sambil menujukkan bekas jahitan akibat gigitan monster ganas itu.

Buaya muara (Crocodylus porosus) merupakan satwa yang dilindungi dan terkenal dengan keganasannya. Disebut buaya muara karena buaya ini hidup di sungai-sungai dan di laut dekat muara. Daerah penyebarannya dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia. Moncong spesies ini cukup lebar dan tidak punya sisik lebar pada tengkuknya. Sedangkan panjang tubuh termasuk ekor bisa mencapai 12 meter seperti yang pernah ditemukan di Sangata, Kalimantan Timur. Di habitatnya, buaya adalah predator yang mematikan. Buaya muara yang sudah tumbuh besar tidak memilih-milih mangsa mulai dari ikan, hewan mamalia kecil atau besar, bahkan manusia. Sebagai karnivora sejati, buaya dapat memakan hewan yang mati (scavenger) maupun berburu mangsa yang masih hidup (hunter). Buaya tidak memiliki gigi pencabik, sehingga teknik melumpuhkan dan memangsa makanannya terlihat sangat mengerikan. Buaya akan menyeret, menenggelamkan, melempar, dan memutar tubuhnya untuk memotong buruannya, kemudian menelannya bulat-bulat. Buaya mempunyai teknik berburu yang ulet, mampu berburu secara senyap di air keruh, dan menyergap dengan cepat dan tiba-tiba. Buaya juga terkenal sabar dalam menunggu mangsanya, sanggup mengintai dan tidak makan dalam tempo yang lama. Konon karena keuletannya ini, buaya termasuk hewan yang sanggup bertahan hidup sejak jaman Dinosaurus.

Kasus Samad adalah satu di antara sekian bukti tentang keganasan satwa ini. Di sungai Kenyamukan, sekitar 5 km dari Kota Sangata, buaya muara betina berbobot 400 kg dengan panjang 5 meter pernah memakan seorang anak berumur 13 tahun pada tahun 2003. Sebelumnya seekor buaya muara yang diperkirakan jantan juga menerkam seorang pria yang sedang memancing. Beruntung pria tersebut dapat lepas dengan luka yang parah. Penduduk setempat menjulukinya dengan “Monster Sangata”. Dalam catatan kami, sungai-sungai di dalam kawasan Taman Nasional Kutai antara lain muara Sungai Sangkima, Sungai Sangata, Sungai Kandolo, dan Sungai Teluk Pandan adalah habitat satwa buas ini. Di sungai Sangkima, pada tahun 1997-an tercatat dua orang tewas digigit buaya. Tahun 2005, buaya Sungai Sangata dilaporkan juga meminta korban seorang laki-laki. Tahun 2006, buaya Sungai Teluk Pandan juga memakan korban seorang anak-anak. Tahun 2008 dilaporkan bahwa seorang laki-laki sedang mencuci motor di dekat Sungai Kandolo dan juga menjadi korban keganasan predator ini.

Konflik antara manusia dan buaya diduga akibat dari semakin terdesaknya habitat buaya karena kegiatan manusia. Kasus-kasus manusia diserang atau dimakan buaya adalah pertanda bahwa telah terjadi perebutan tempat antara buaya dan manusia. Taman Nasional Kutai merupakan salah satu kawasan konservasi yang melindungi habitat-habitat buaya agar keseimbangan ekosistemnya terjaga. Keberadaannya semestinya dijaga dan dipertahankan agar konflik antara buaya dan manusia dapat dihindarkan. < pasakbumi>

Buletin pasakbumi edisi I, 2009 telah terbit

buletin

Lebih dari setengah abad kawasan hutan di bagian timur Kalimantan yang kemudian dikenal sebagai Taman Nasional Kutai (TN Kutai), bertahan dengan segala perubahan seiring dengan perkembangan jaman dan kondisi sosial disekitarnya. Benteng terakhir hutan tropis dataran rendah ini telah mengalami penyusutan dan tekanan sebagai akibat dari perkembangan tersebut. Upaya mempertahankan warisan alam yang tiada gantinya ini terus dilakukan dengan segala tantangan, kendala dan keterbatasannya.
Buletin Pasakbumi edisi kali ini menyoroti upaya penegakan hukum sebagai sebuah momentum untuk mengembalikan kelestarian TN kutai yang telah mengalami kerusakan terutama di bagian timur. Di tengah dinamika yang terus berjalan, sutikan moral dan semangat datang dari Dirjen PHKA yang berkesempatan untuk melakukan kunjungan lapangan sekaligus ‘ground chek’ di TN Kutai sekaligus menegaskan bahwa kawasan yang diusulkan untuk dilepas (enclave) akan tetap dipertahankan sebagai kawasan konservasi . Inisiatif untuk terus mengurai berbagai persoalan kawasan konservasi ternyata tidak hanya datang dari Pemerintah, bahkan Departemen Kehakiman Amerika Serikat melalui ICITAP juga turut memberikan support dan fasilitasi untuk menyelesaikan melalui serangkaian rapat koordinasi dengan para stakeholder untuk menyerasikan derap dan langkah, mengatasi permasalahan yang ada. Pembaca yang budiman, edisi perdana 2009 ini kembali melakukan inovasi dalam tampilan yaitu lebih ringkas dan ‘imut’ dalam ukuran namun tidak mengurangi bobot materi yang disajikan. Hal ini dimaksudkan agar buletin ini mudah dibawa dan dibaca. Selamat mencoba tampilan baru ini.

Menjelajah Belantara Sangkima

menjelajah

Sangkima berada di wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional Kutai Wilayah I Sengata. Kawasan ini cukup banyak dikunjungi, karena aksesibilitasnya paling mudah. Terletak di km 38 jalan poros Bontang – Sengata, dimana pengunjung dapat mencapai lokasi ini dengan transportasi darat dan hanya memerlukan waktu sekitar 60 menit dari Bontang dan 30 menit dari Sengata.

Potensi wisata yang ada di Sangkima antara lain adalah hutan alam dengan berbagai tumbuhan terutama ulin dan dari famili Dipterocarpaceae, berbagai jenis satwa liar seperti orangutan morio, owa-owa, beruk, monyet ekor panjang dan berbagai jenis burung. Daya tarik yang lain di Sangkima adalah petualangan jelajah hutan dengan fasilitas outbond yang cukup memadai dengan jalur yang menantang.

Kemegahan Ulin Rakasasa

Satu kilometer pertama pengunjung dapat berjalan santai dibawah lebatnya hutan tropis dengan menapak jalan boardwalk kayu ulin, menyeberang jembatan gantung, mengenali berbagai jenis pohon yang berumur ratusan bahkan ribuan tahun di kiri-kanan jalan boardwalk, tidak sulit mengenali pohon karena sudah disediakan papan informasi yang berisi nama dan karakteristik pohon di dekatnya. Jika lelah atau sekedar ingin bersantai menghirup udara segar, mendengar kicauan burung dan suara satwa liar, pengunjung dapat istirahat di shelter yang telah disediakan. Akhir dari jalan boardwalk adalah pohon Ulin raksasa. Pohon Ulin dengan diameter 2,47 meter yang merupakan maskot dari Sangkima, berdiri kokoh agak condong dengan tinggi sekitar 25 meter (jika tidak patah ujungnya mungkin lebih tinggi lagi) diperkirakan umurnya sudah lebih dari 1000 tahun, kemegahannya bak Menara Pisa di tengah rimba!

Masterpiece alam yang sempurna

Jika cukup puas sampai di pohon Ulin raksasa, pengunjung dapat kembali dengan melalui jalan boardwalk semula. Namun jika ingin mendapatkan tantangan kedua perjalanan dapat dilanjutkan dengan menyusuri jalan setapak dibawah lebatnya hutan. Tidak ada boardwalk dan papan informasi pohon, jika lelah dapat istirahat di batang-batang kayu yang rebah. Menjejak lantai hutan, menyeberang jembatan kayu, mendaki bukit akan membawa pengunjung sampai di sebuah puncak bukit. Terdapat shelter untuk beristirahat setelah jalan mendaki. Dari puncak bukit pengunjung akan disuguhi pemandangan hutan tropis yang menghampar hijau. Pemandangan akan lebih dramatis saat kabut putih turun menyapu hamparan hutan, pada moment ini lelah yang mendera akan terbayarkan oleh eloknya pemandangan. Sebuah masterpiece alam yang sempurna !

Kesegaran dari sistem alam

Sampai dipuncak bukit, pengunjung sudah berada pada setengah rute perjalanan, sehingga satu-satunya pilihan adalah menyelesaikan rute perjalanan. Selanjutnya pengunjung harus menuruni bukit dengan jalan setapak dan melewati jembatan sling yang memompa adrenalin. Di tengah perjalanan, pengujung akan menjumpai mata air yang bertingkat-tingkat dengan air yang sangat jernih, tempat tersebut yang biasa disebut Pemandian Tujuh Putri. Kesegaran airnya merupakan berkah alam yang dapat menghilangkan lelah. Jika pengunjung beruntung dapat menyaksikan ikan-ikan kecil bermunculan dari sela-sela bebatuan. Jika lelah sudah hilang pengujung dapat kembali melanjutkan perjalanan sampai rumah pohon. Dari rumah pohon pengunjung dapat mengamati burung dari sebuah pondok kecil yang dibangun diatas pohon ulin dengan ketinggian sekitar 15 meter. Rumah pohon ini hanya dapat dinaiki oleh tiga orang, pengujung dapat bergantian menggunakannya. Sampai dirumah pohon, pengujung tinggal satu kilometer lagi untuk sampai Pos Sangkima dengan menempuh jalan setapak, melewati jembatan sling dan menerobos sedikit belukar.

Di Pos Sangkima pengunjung dapat memanfaatkan fasilitas air bersih, Balai Pertemuan Umum untuk sekedar istirahat, mushola dan sebuah kantin jika kehabisan air minum atau makanan kecil. Apabila ingin menginap disediakan fasilitas guest house yang dapat disewa. .

Sawit Tumbuh diatas Tumpukan Ulin

Minggu , 4 januari 2008, saat semua orang masih terlarut dalam suasana tahun baru. Sekitar pukul dua dini hari Balai TN Kutai menangkap truk bermuatan bibit kelapa sawit. Kedengarannya memang aneh, aturan mana yang dipakai para Polhut itu untuk menangkap truk bermuatan bibit kelapa sawit?

sawitsawit-2Sekilas memang truk ini bermuatan bibit kelapa sawit, daun kelapa sawit muda yang hijau itu tampak memenuhi bak truk. Jika dilihat dari luar tampak tidak ada yang aneh, hanya mengangkut bibit sawit !

Namun jika penutup bak belakang truk dibuka, baru ketahuan bawaan aslinya. Tumpukan kayu ulin 2,5 m kubik berada dibawah bibit sawit itu. Seperti bibt sawit yang tumbuh diatas tumpukan kayu ulin.

Tidak aneh jika kemudian truk itu digelandang ke aparat penegak hukum, mengangkut illegal ! ibarat sepandai-pandai membawa kayu iilagal, baunya tercium juga. Maka Insyaflah para pembalak liar!

Pernak-pernik pasakbumi

Pasakbumi (Eurycoma longifolia ) adalah tumbuhan yang sangat populer, dikenal sebagai tumbuhan yang mempunyai khasiat penambah stamina, ‘keperkasaan’ dan mempunyai khasiat obat. Dari sebuah artikel dalam buku, konon tumbuhan ini sudah dikembangkan di Australia sebagai obat.

Bagian dari tumbuhan pasakbumi yang dipercaya mempunyai khasiat obat itu adalah akarnya. Konon karena akar tunjangnya yang menghujam ke dalam tanah ( dalam perakarannya dikabarkan sepanjang panjang batangnya) disebut pasak bumi.

Akar pasakbumi biasa diperdagangkan, dalam beberapa kali mengunjungi pasar, kami menemukan akar pasak bumi dijual bersam-sama dengan obat tradisional. Ada yang dijual akarnya yang sudah dibersihkan, adapula yang sudah dibentuk menjadi sebuah cangkir, dan ada pula yang berbentuk serutan. Cara memanfaatkannya pun lain-lain, jika wujudnya akar pasak bumi harus direbus dulu kemudian air rebusannya diminum, kalau yang berbentuk cangkir tinggal menuangkan air panas kemudian diminum, Sedangkan yang berbentuk serutan biasanya direbus dengan berbagai jenis tumbuhan obat yang lain seperti, kayu manis, daun sambiloto, akar wangi dll kemudian diminum air rebusannya. Harga jual akar pasakbumi ini berkisar antara 25.000 rp s/d 30.000 rupiah.

24

Silahkan mencoba khasiatnya?

Ekspedisi Barat Daya

ruteweb1

Perjalanan panjang penelusuran batas barat daya  TN Kutai diprakarsai oleh Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Kutai Wilayah II Tenggarong, selanjutnya disebut SPTN II, yang dimulai pada  tanggal 27 Mei hingga 16 Juni 2008. Ekspedisi dilakukan oleh pejabat fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) SPTN II dibantu oleh personil bagian Environment PT. Surya Hutani Jaya (PT SRH).  Ekspedisi ini bekerjasama dengan perusahaan HTI (Hutan Tanaman Industri) PT SRH.  Mengapa kerjasama dengan PT SRH ? Hal ini dilakukan karena letak kawasan yang  dikelola PT. SRH berbatasan langsung dengan kawasan TN Kutai yang masuk dalam  wilayah kerja SPTN II melalui batas konsesi kawasan penyangga (buffer zone).

PROFIL SPTN WILAYAH II TENGGARONG
Kawasan TN Kutai yang dikelola oleh SPTN II secara administratif  termasuk dalam pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas ± 34.720 ha atau 17,48% dari keseluruhan luas  TN Kutai.  Secara keseluruhan, wilayah pengelolaan SPTN II berada dibagian barat kawasan TN Kutai. Pada bagian barat daya, kawasan TN Kutai berbatasan dengan PT SRH, dibagian barat laut berbatasan dengan PT Kiani Lestari.  Kawasan TN Kutai dalam wilayah ini sebagian besar merupakan zona inti sesuai peta situasi TN Kutai.
Kantor SPTN II berada di jalan Jelawat No. 40 Tenggarong, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi dibantu oleh 2 orang staf,  11 orang Polisi Kehutanan  ( Polhut) dan 8 orang PEH . Dalam mengelola kawasannya , SPTN II membagi unit pengelolaan dalam tiga resor  yaitu resor Menamang, Muara Bengkal dan Mawai Indah, namun saat ini hanya resor Menamang yang telah mempunyai pos jaga yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan. Untuk sampai ke resor Menamang diperlukan 2 jam perjalanan darat  dari Tenggarong.  Pos Menamang berada di tengah-tengah area HTI PT SRH, berjarak sekitar 10 km dari kawasan TN Kutai. Akses menuju kawasan TN Kutai adalah dengan mengikuti jalan-jalan HTI yang dibuat oleh PT SRH

EKSPEDISI UNTUK PEMETAAN
Ekspedisi ini dilatarbelakangi dari hasil survei sebelumnya yang menunjukkan bahwa luas buffer zone tidak sesuai dengan batas konsesi kesepakatan serta dijumpai  kerusakan pada beberapa lokasi. Tujuan ekspedisi ini adalah untuk mendapatkan data potensi dan permasalahan yang terangkum dalam peta permasalahan  kawasan TN Kutai khususnya wilayah SPTN II.  Data  dan informasi ini sangat penting dan dibutuhkan sebagai data dasar  untuk pengelolaan TN Kutai. Pemetaan potensi dan permasalahan di sekitar kawasan dan buffer zone diharapkan melahirkan opsi-opsi dasar bagi pengelolaan dan pemecahan masalah lebih lanjut,  khususnya pada zona inti SPTN II.  Tujuan lain yang tak kalah penting adalah  terciptanya kerjasama yang berkelanjutan dengan PT SRH terutama dalam proses pembenahan areal buffer zone maupun membantu pengelolaan kawasan TN Kutai dengan bentuk partisipasi  lain, misalnya  pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan.

lanscape1
PESONA DARI  BARAT DAYA
Selama perjalanan, kenikmatan dapat dirasakan manakala melewati hutan dengan tegakan yang masih baik dan lebat, kesejukan dan udara segar memberikan kenyamanan tersendiri ditambah lagi pemandangan yang menakjubkan akan kebesaran dan keindahan hutan yang cukup terjaga.

A. Beragam flora yang mempesona
Dalam perjalanan ekspedisi ini, kami masih menjumpai  potensi hutan sekunder yang didominasi oleh jenis ulin (Eusideroxylon zwageri), dipterokarpa campuran, serta vegetasi ulin-meranti-kapur yang masih baik, dengan komposisi tegakan vegetasi yang beraneka ragam dan pohon dengan ukuran yang besar-besar. Keanekaragaman vegetasi tersebut seperti; meranti merah (Shorea johorensis), Shorea leprosula, bangkirai (Shorea laevis), keruing (Dipterocarpus grandiflorus), Ipil (Intsia bijuga), manggis hutan (Garcinia sp), durian (Durio sp),  medang (Litsea sp), Ficus sp, Ficus ribes, arau (Elmerrilia tsiampaca), Archidendron ellipticum, Michelia champaca , Cananga ordorata dan masih banyak jenis lain.
Jenis flora yang lain , seperti salak hutan, pasak bumi, anggrek dan jamur yang beranekaragam ikut menghiasi keindahan hutan TN Kutai yang mengagumkan. Pemandangan tak kalah elok dapat disaksikan di daerah Sungai Santan yang terlindungi oleh topografi berbukit sehingga lolos dari kebakaran hutan maupun pembalakan liar. Hal yang sama juga dapat dilihat di pinggir aliran sungai yang ditumbuhi pohon yang masih rimbun dan lebat.

B. Orangutan yang bertahan
Berbagai satwa juga kami temukan, seperti orangutan (Pongo pygmaeus), musang, jejak beruang madu (Helarctos malayanus), biawak ( Varanus salvator), burung ‘cendrawasih putih’, bajing kerdil, jejak rusa   ( Cervus unicolor) dan kancil (Tragulus javanicus).
Pada kondisi vegetasi yang masih baik, orangutan bersarang pada pohon ulin yang  besar dan cukup rimbun. Ada pula jenis pohon lain yang dimanfaatkan untuk bersarang. Dalam kawasan ini kami menemukan sekitar 65  sarang orangutan dengan tipe sarang A-C. Keberadaan  sarang orangutan yang ditemukan merupakan indikator bahwa kondisi hutan tersebut masih cukup bagus dan layak sebagai habitat suatu jenis fauna seperti orangutan.
Namun demikian, dari pengamatan yang dilakukan, terdapat faktor lain yang menyebabkan banyaknya sarang orangutan dalam kawasan tersebut. Selain ketersediaan pakan dari jenis tumbuhan asli di kawasan TN Kutai,  juga karena adanya spesies Acacia mangium ( orangutan menyukai kambium Acacia mangium)  sebagai sumber pakan yang telah tumbuh menghiasi kawasan terutama pada daerah lahan kritis akibat kebakaran hutan di dalam buffer zone.

C. Jejak-jejak bekantan
Kami menjumpai kawasan dengan tipe hutan yang berbeda menjelang akhir perjalanan, yaitu vegetasi hutan rawa air tawar dengan komposisi tumbuhan yang beraneka ragam. Pada daerah ini kami menemukan banyak pohon yang hidup  dengan daun  yang meranggas dan buah yang dimakan oleh binatang. Dari informasi kegiatan tata batas sebelumnya , di daerah ini banyak di temukan  bekantan (Nasalis larvatus). Melihat fenomena tersebut kami menduga bahwa daerah ini merupakan habitat dari bekantan. Hal ini didukung oleh kondisi vegetasi yang masih sangat baik dan lokasinya tidak jauh dari daerah aliran sungai  yaitu Sungai Menamang Kiri.

D. Tipe hutan yang beragam
Dalam catatan kami, kekayaan keanekaragaman sumberdaya alam hayati yang ada dapat  direpresentasikan dengan berbagai jenis ekosistem hutan yang kami temui,  seperti ekosistem rawa, daerah aliran sungai, ekosistem rawa bergambut, serta ekosistem dataran rendah. Komposisi yang berbeda ini memberikan keuntungan pada munculnya beberapa tipe ekosistem dengan vegetasi hutan yang berbeda pula, seperti vegetasi ulin,  meranti, kenanga,  meranti campuran dan vegetasi lain yang sangat mendukung pada keberadaan sebagai zona inti.
Ada rasa ketenangan ketika melihat bahwa tidak ada kerusakan pada daerah-daerah  aliran sungai-sungai di kawasan SPTN II. Sebagian besar fauna yang ada di wilayah ini memanfaatkan sungai-sungai tersebut sebagai sumber mata air untuk minum dan bertahan hidup. Yang tidak kalah penting adalah sungai- sungai dari TN Kutai yang mengalir menuju sungai  Mahakam ini berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan dimanfaaatkan bagi masyarakat di hilir sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

PROBLEMATIKA DI BARAT DAYA
Fenomena berbeda terlihat saat kami berada d areal yang terbakar dimana  hanya berdiri pohon-pohon yang mati dan hamparan pakis dan semak.  Kondisi ini kami jumpai pada patok batas 660 sampai  680.  Kala matahari terik menyengat, tiada satupun tempat perlindungan  sehingga memaksa kami menghentikan perjalanan.  Sulitnya jalur yang ditempuh dan habisnya perbekalan minum  mengakibatkan kami hampir dehidrasi dan putus asa untuk kembali.

A. Dampak kebakaran hutan yang menghancurkan
Selain menjumpai  hutan sekunder yang relatif masih utuh,  kami juga mendapatkan kondisi hutan yang sangat memprihatinkan akibat kebakaran hutan. Kebakaran hutan pada tahun 1982 dan pada tahun 1997/1998 yang diperkirakan seluas 182.369 ha atau hampir 91% dari luas kawasan telah memberikan dampak yang buruk pada beberapa bagian kawasan. Gambaran di lapangan akibat pengaruh kebakaran hutan sangat nyata dengan rusaknya ekosistem, rusaknya habitat fauna, musnahnya sumber plasma nutfah dan lapisan seresah organik serta hilangnya vegetasi yang mendominasi kawasan hutan tersebut.
Kondisi hutan  yang terbakar seperti ini biasanya bertipe  tanah  berpasir dan bergambut  cukup tebal. Sejauh mata memandang hanya hamparan pakis dan semak belukar serta batang-batang pohon mati berwarna hitam yang masih tegak berdiri. Kebakaran hutan yang terjadi pada bagian hutan ini menyisakan permasalahan yang sangat serius  seperti proses suksesi alami yang sangat sulit untuk pulih kembali karena telah tertutup tumbuhan semak belukar, pohon-pohon yang masih hidup dan dapat berfungsi sebagai pohon induk juga sangat jarang ditemui. Praktis regenerasi hutan tidak terjadi.  Apalagi ditambah dengan sering terjadinya kebakaran hutan setiap tahunnya akibat kemarau dan perilaku penebang liar sepertinya melengkapi penderitaan di bagian hutan ini. Kegiatan restorasi kawasan menjadi sangat penting dilakukan di bagian hutan ini.
Patok batas juga sulit ditemukan karena sebagian besar telah hilang, tertutup semak belukar dan terbakar. Hal ini menjadi bahan pemikiran dalam kegiatan rekonstruksi batas untuk segera dibenahi dan diperbaiki, karena hilangnya beberapa patok yang terbakar, rusak/tertimbun, bahkan lapuk akan mempersulit pengambilan data potensi dalam kawasan, juga terkait dengan kegiatan rekonstruksi maupun pemeliharaan batas kawasan.

B. Invasi  sang  eksotik
Gambaran kerusakan-kerusakan kawasan di SPTN II yang lain dapat dilihat di  sepanjang jalur penyusuran mulai dari daerah Sungai Santan hingga Sungai Menamang Kiri yang berbatasan dengan buffer zone perusahaan PT SRH.  Kami menjumpai sebagian besar telah “terinvasi” oleh spesies eksotik berupa Acasia mangium. Spesies ini telah menyebar pada lahan kritis TN Kutai akibat terbakar.  Bahkan jenis ini telah mendominasi hingga luasan 2000 hektar. Keberadaan Acasia mangium di kawasan ini bermula dari diareal HTI, biji- biji dari Acacia mangium yang siap panen diduga menyebar terbawa angin ke dalam kawasan dan buffer zone. Pada kondisi hutan  bekas terbakar, biji-biji tersebut sangat cepat tumbuh. Tindakan pemusnahan tumbuhan eksotik yang dilanjutkan dengan restorasi kawasan  adalah hal sangat diperlukan agar kawasan ini dapat kembali sesuai fungsinya.

C. Ilegal logging
Bekas kegiatan illegal logging kami jumpai dari daerah Sungai Santan menuju Sungai Tawan. Sedangkan dari Sungai Tawan menuju patok batas 706 Sungai Menamang Kiri tidak ditemukannya lorong/jalur kegiatan illegal logging karena memang kondisi kawasan yang rusak akibat bekas terbakar dan merupakan tipe hutan rawa.
Kegiatan illegal logging telah merusakkan  ekosistem hutan dan habitat satwa. Adanya Kegiatan illegal logging ini dapat dikenali dengan adanya  lorong-lorong (akses jalan untuk mengangkut kayu) rata-rata masih di zona penyangga atau buffer zone dengan arah  menuju kawasan TN Kutai. Kegiatan illegal logging ini dari hasil pengamatan menggunakan akses jalan HTI yang memang terawat  terutama saat musim panen dan penanaman.

HARAPAN DAN TANTANGAN
Hasil ekspedisi  penelusuran batas memberikan beberapa gambaran dan pemahaman  tentang berbagai potensi dan permasalahan yang dihadapi SPTN II dalam mengelola kawasan konservasi ini. Gambaran tersebut setidaknya memberikan secercah harapan sekaligus tantangan untuk mengelola kawasan TN Kutai sebagaimana diamanatkan undang-undang.
Beberapa hal yang menjadi harapan dan tantangan ke depan antara lain:
1. Kondisi vegetasi hutan sekunder relatif masih  bagus, seperti  kondisi vegetasi di daerah Sungai Tawan dengan komposisi tegakan “surga ulin” dan jenis Dipterokarpa campuran yang  selayaknya dipertahankan agar memberikan fungsi ekologi yang optimal. Terdapat potensi ekosistem yang berbeda di sepanjang jalur dengan  dominasi jenis tumbuhan yang berbeda. Hal ini membuka peluang untuk  kegiatan penelitian, seandainya ada  pos pengamatan/stasiun penelitian dan plot permanen untuk penelitian  jangka panjang. Kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata alam mempunyai peluang untuk dikembangkan dengan mengedepankan perlindungan kawasan dan tentunya dengan menata ulang  zonasi kawasan.

2. Keberadaan buffer zone bagi kawasan TN Kutai sangat bermanfaat, dimana buffer zone mencegah langsung kegiatan penebangan liar sehingga tidak langsung menjangkau kawasan seperti yang terjadi pada daerah Sungai Tawan hingga Sungai Menamang Kiri yang tidak  ditemukan kegiatan penebangan liar. Aktivitas illegal logging dan perburuan liar yang terjadi diduga karena lemahnya pemantauan, kegiatan pengamanan yang tidak kontinyu, jauhnya jangkauan terhadap kawasan, kurangnya kegiatan yang dilaksanakan di wilayah ini,  serta belum adanya tanda peringatan atau papan larangan di sepanjang tepi buffer zone atau kawasan,
3. Banyak potensi sungai dan anak sungai yang  memberi manfaat sangat nyata kepada masyarakat sekitar dan perusahaan berupa pemanfaatan jasa air yang berasal dari kawasan TN Kutai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan akses transportasi. Hal lain yang dapat dimanfaatkan dari sungai-sungai tersebut antara lain pemanfaatan untuk wisata alam dan penyediaan listrik dengan mikrohidro bagi masyarakat desa sekitar.
4. Di sisi lain,  tidak dapat dipungkiri bahwa di beberapa  lokasi mengalami kerusakan dan  terdegradasi oleh kebakaran hutan dan kegiatan illegal logging. Kondisi tersebut memerlukan penanganan yang serius diantaranya dengan melakukan rehabilitasi dan restorasi untuk mendukung proses regenerasi alami  kawasan agar dapat kembali pulih seperti semula. Kondisi hutan sekunder SPTN II yang dilindungi oleh zona penyangga dengan berbagai permasalahannya perlu dipertahankan dan dikelola dengan  baik dengan melakukan perlindungan dan pengamanan, serta pengayaan kegiatan yang berbasis konservasi.
5. Kerjasama antara  perusahaan dan masyarakat sekitar kawasan (Menamang Kanan dan Kiri) perlu dijalin untuk turut serta menjaga keamanan kawasan.
TN  Kutai  di bagian barat daya masih menyimpan  kekayaan berbagai  jenis flora dan fauna.  Potensi keanekaragaman sumberdaya alam hayati dapat  memotivasi semua pihak untuk terus menggali potensi pemanfaatan secara arif dan bijaksana agar fungsi kawasan konservasi sebagai penyangga kehidupan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat umum.

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS
1. Sebagai tahap awal, SPTN II Tenggarong telah menjalin kerjasama dengan PT SRH untuk membuat papan informasi dan tanda peringatan yang dipasang pada beberapa titik yang rawan terhadap kegiatan illegal logging, terutama di batas buffer zone. Pengamanan bersama dengan PT SRH  dan masyarakat saat ini terus dijalin untuk mengatasi persoalan perlindungan kawasan
2. Kerjasama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Kartanegara tengah dijalin untuk merestorasi kawasan yang rusak akibat kebakaran hutan melalui program rehabilitasi. Hal tersebut sangat penting untuk mempercepat proses  suksesi di kawasan tersebut.
3. Pengelolaan satwa dilindungi, seperti orangutan,  saat ini terus  diupayakan melalui Kelompok Kerja orangutan  dengan fokus pada pembangunan koridor dari area PT SRH ke kawasan TN Kutai.
4. Komunikasi dengan masyarakat Menamang Kanan dan Kiri  tengah dibangun untuk mendukung pengelolaan kawasan.

CATATAN AKHIR
Perjalanan dari ekspedisi menyusuri batas ini kiranya dapat merangkum potensi dan permasalahan yang terjadi di kawasan TN Kutai di sebagian  wilayah SPTN II. Kekayaan keanekaragaman hayati yang masih dijumpai kiranya dapat menghapus munculnya opini dan merubah paradigma masyarakat akan kelayakan  dan keberadaan TN Kutai.
Gambaran tentang kondisi permasalahan dan potensi kawasan di SPTN II  ini selanjutnya dapat menjadi bahan  untuk membuat dasar perencanaan pengelolaan TN Kutai  yang tepat dan sesuai, sehingga dapat  memberikan kontribusi yang pantas bagi pengelolaan kawasan. Hasil jerih payah perjalanan kiranya dapat  menumbuhkan peluang  dan semangat kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendukung pengelolaan kawasan konservasi TN Kutai.